Tujuh Belas

Beberapa hari lalu, Tulus merilis sebuah lagu baru berjudul Tujuh Belas. 
Masihkah kau mengingat di saat kita masih tujuh belas Waktu di mana tanggal-tanggal merah terasa sungguh meriah

Lalu aku terbang ke ingatan-ingatan buram, melayang-layang di gumpalan kenangan. Tujuh belas tentu mengingatkan pada masa-masa SMA. Ternyata sudah sepuluh tahun lalu, tetapi banyak video tayang, dan kata-kata melayang, di kepalaku. Jelas aku masih ingat, saat tujuh belas, aku masih sok aktif berkegiatan. Tanggal-tanggal merah diisi acara, haha-hihi atau sok bermanfaat. Banyak tokoh yang kuciptakan hanya untuk memberi jarak antara pikiranku dengan realita. 

Masihkah kau ingat cobaan terberat kita matematika Masihkah engkau ingat lagu di radio yang merdu mengudara

Oh tentu ingat sekali, cobaan terberat tentu matematika kelas 12. Bukan karena matematika, tetapi karena merasa terintimidasi gurunya. Sibuk sekali menata hati dan pikiran, cemas berlebihan setiap akan bertemu mata pelajaran matematika. Namun, berbeda dengan di lirik lagu, tidak banyak lagu kudengar lewat radio. Jarak tempuh yang singkat, moda transportasi yang kurang mendukung untuk mendengar radio, membuatku lebih sering mendengar dan menyanyikan lagu Tulus sendiri. Agak kaget juga, Tulus sudah menemani hari-hari begitu lama. Sampai Tuan dan Nona menjadi tokohku juga, dan mereka tidak lagi kesepian lagi. Sampai Tuan dan Nona Kesepian tidak hanya kunyanyikan sendirian, melainkan juga diikuti oleh teman sebangkuku, yang hafal semata karena nyanyianku setiap waktu. 

Akhirnya, aku jalan-jalan ke blog lama. Tentu saja aku menemukan cerita tentang PIP, tapi ada pula tulisan-tulisan yang tidak disangka. Awalnya, ada cerita tentang pesta yang dihadiri banyak sekali manusia. (kukira tulisan ini tidak akan emosional tp kenapa aku ngantuk??). Yang jelas, ada beberapa tokoh yang aku tulis 

Fadyan

Tuan dan Nona

Saya dan Kamu

Warna dan Warna

Fadyan sebetulnya hanya diam saja, semua hanya khayalan Shaniza yang ingin mengirimkan surat untuknya. Tentu tidak sampai, sampai hari ini, sampai Fadyan menemukan beta -bukan z, Alpha, apalagi Shaniza- semua masih disimpan rapat-rapat. 

Tuan dan Nona jelas terinspirasi dari lagu Tulus, Tuan Nona Kesepian. Tuan benar-benar banyak gaya, tapi sangat rapuh, secara harfiah maupun kiasan. Nona sungguh hidup dalam mimpi, kerjanya memimpikan interaksi dengan kawan yang tidak ia punya, dan mengkhayal bagimana rasanya jatuh cinta. Ternyata, ia jatuh hati pada Tuan, dan mereka hanya terlibat sebuah permainan. Sampai hari ini, tidak ada yang menang, meski Tuan jauh lebih unggul. 

Saya dan Kamu ini tidak sengaja muncul karena ada konflik di salah satu kegiatan. Seru sekali kalau dibaca lagi sekarang, padahal dulu rasanya naik pitam sekaligus gamang. Ingin meledak tapi kosong. Semua berkebalikan karena ingin ikut campur urusan mereka padahal bukan siapa-siapa. Konflik berakhir dan semua jadi cerita masa SMA yang semua orang tahu, tapi tidak akan diungkit saat berjumpa. 

Warna-warna hadir dari koleksi Sharpie pada tempat pensil. Lalu tempat pensil berharga itu hilang, bersama dengan puluhan pulpen dan spidol warna-warni. Sedih, sedih kepalang sedih , apalagi warna-warna yang kerap digunakan untuk menggambar dan bercerita. Warna-warna tersebut hadir karena galauku saat itu sebatas kehilangan tempat pensil dan tidak sadar hilang di mana. 

Nostalgia tentu tidak lengkap tanpa daur ulang tulisan di kala itu. Karena surat untuk Fadyan sudah pernah tayang, aku ingin kembali menulis tentang Tuan dan Nona. Saya dan Kamu, juga warna-warna, yang mungkin perlu warna lain, karena tempat pensilku sudah baru lagi. 


Padahal banyak hal yang perlu dikerjakan, kenapa naluri bahayaku senang sekali ditantang? 


belum tidur dan malah menulis, 



Comments

Popular Posts