Putaran Balik

Mungkin ini sambungan dari kisah-kisah sebelumnya. Dari tulisan dengan celah, karena 'the boy' berubah menjadi Tuan, yang mana sudah punya pasangan baru selain Nona. Funny how the loophole existed in Tuan's side but this writing will be about Nona. Selain itu, tidak seperti sebelumnya, kisah-kisah para tokoh tidak pernah berkaitan dengan Sang Pencipta. Namun, kali ini berbeda.

---

Seharusnya Nona sedang kebingungan, sedang celingukan, sedang berteriak tetapi tertahan. Nona teringat janji dia telah jadi bualan belaka. Alih-alih ingin mengakhiri semuanya, Nona malah ingin bersua.

Suam-suam kuku

Sedikit lebih hangat dari tubuhmu, begitu gambaran suhu pucuk pipi Nona. Yang sedari tadi menggigit bibir bawahnya, sedari tadi mencegah hujan turun dari matanya. Tapi terlambat. Kenapa mereka malah bersua? Kenapa Tuan tidak berkata tidak? Nona sibuk menganalisis berlebihan segala interaksi mereka, padahal Tuan sudah kembali pada kesehariannya. 

Kembali

Seharusnya Nona yang senang merangkai kata mengerti, arti kalimat yang dilontarkan Tuan hanyalah rangkaian pertanyaan. Sebuah jawaban sudah lebih dari cukup, tetapi Nona malah menggenggam erat pertanyaan-pertanyaan itu. Nona raih kembali kotak berbentuk hati yang sebelumnya sudah Nona coba singkirkan jauh-jauh. Namun, pertanyaan-pertanyaan itu hanya berada di sekeliling kotak, karena tentu tidak boleh kembali. Terlalu jauh. 

Meniti

Tentu rindu Nona telah membuncah. Padahal Tuan hanya tersenyum tipis. Dan sekali lagi, gestur baik hanyalah kebaikan Tuan kepada semua. Even all the personal pronouns just fulfill its purpose: as pronouns, not a hint. Sehingga, Nona sibuk meniti harapan yang dia jalin sendiri, dari interaksi minim selama ini. 

Menata

Senyum simpul tetap tertera. Jemari menari dengan gembira. Nona harus sibuk menata masa depan, sembari sibuk menata hatinya. 

---

Nona ingin sekali seperti dulu saja. Pertemuan yang seperti terpaksa itu, harusnya tidak perlu ada. Jadi Nona tidak perlu menangis sendiri dalam hati. Terburu-buru tenggelam dalam khayal, berkali-kali susah-payah menyelamatkan diri dan merapal istighfar. 

Nona sudah merasa cukup dengan sapaan. Mungkin, sekali lagi saja, setelah pengingat kemarin ditunaikan. Namun, apakah Nona bisa menenggelamkan khayal pada waktu di antaranya? Apakah Nona bisa menata hati sebelum kembali menyapa seperlunya, kalau perlu, satu kali saja?

Semua hanya atas rahmat Sang Pencipta, Nona. Sehingga tidak perlu Nona gantungkan harapan pada kata-kata yang terlontar. Tidak perlu Nona jawab pertanyaan-pertanyaan yang hanya sekadar. Tidak perlu Nona berdebar karena kebaikan makhluk-Nya. Dengan maupun tanpa respon Nona, semua sudah cukup. 

Karena ada pengingat untuk terus belajar. 

Karena ada pengingat untuk sadar. 

Karena bersama manusia bukan segalanya. 

---

Sudah jauh-jauh berkelana, kenapa masih mencari dunia?

Comments

Popular Posts