Repost: Tentang Kuliah dan Kebaikan

Tulisan ini sebetulnya diunggah 22 Oktober 2014, di blog sebelumnya, dan dipublikasikan ulang dengan sedikit perubahan. Semoga Pak Bey senantiasa dalam lindungan Allah, dan tulisan ini bisa menjadi pengingatku ketika sedang kebingungan dan hilang arah seperti sekarang (21-12-2020)

---

Hai! Besok ujian Ekologi Perairan dan Metode Observasi Bawah Air, semoga berhasil ya serangkaian ini aamiin.

16:28, saya bahkan belum berganti baju, tapi rasanya ingin cepat-cepat menulis ini.

Tadi pagi, ada ujian mata kuliah Meteorologi, mata kuliah yang (menurut saya) abstrak, mengenai atmosfer dan melampauinya. Pengajar mata kuliah untuk sesi UTS ini adalah seorang profesor. Kakek profesor yang menurut saya gambaran tepat ketika saya mendengar kata 'profesor' saat masih kecil. Saya tidak tahu apakah sosok beliau ini benar-benar sudah kakek atau belum, tapi beliau jelas sudah cukup sepuh.

Beliau sangat -SANGAT!- semangat dalam mengajar, tapi sayang, kadang saking semangatnya, pengeras suara yang beliau pegang jadi tidak tentu arahnya dan tidak efektif memperkeras suara beliau. Belum lagi jam kuliah pada pukul 13.00-15.30, persis waktu tidur siang, sehingga banyak sekali yang tidur, kadang termasuk saya. HE HE. Kalau saya ada di posisi beliau, di depan kelas, mengajar, dan yang saya lihat adalah anak-anak yang membungkuk tidur di kursinya, atau asyik mengobrol, mungkin saya sudah sebaaaal sekali sejak kuliah pertama, tapi beliau tidak. Sampai pertemuan terakhir kami di ruang kelas, beliau masih mengajar dengan penuh semangat, malah sepertinya semakin semangat.

Saya bingung. Apakah beliau rabun jauh, sehingga tidur siang massal di hadapannya tidak terlihat jelas?

"Saya gatau saya telat atau ngga, tapi saya naik ojek aja dari tempat saya tadi biar ga telat ke sini"

Begitu kalimat beliau di pertemuan pertama. Saya terharu sekali mendengarnya, karena beliau rela naik ojek dan sampai secepatnya, takut telat, padahal beliau yang datang paling awal ke kelas. Wah, yang mau berbagi ilmu semangat sekali, saya merasa wajib membalas semangat tersebut dengan ketekunan menyimak dan belajar mata kuliah beliau.

---

"Sebetulnya materi hari ini cukup sulit, banyak penurunan rumusnya dan pemahaman konsepnya, saya tadi khawatir kalian tidak akan semangat dan mengerti ini. Tapi sekarang saya lega, ternyata banyak yang semangat :)"

Iya, dengan emoji senyum banget, karena bapaknya senyum bahagia lega saat bicara hal tersebut. Super banget kan. Saya gangerti dengan pernyataan beliau yang melihat bahwa kami semangat, karena di bagian belakang kelas masih ada yang tidur. Meskipun begitu, saya salut sekali, presentasi yang beliau buat itu hasil rangkuman buku-buku referensi meteorologi yang terdengar menyeramkan. Untuk rumus-rumusnya, beliau turunkan sendiri, dilengkapi dengan grafik yang beliau visualisasikan sendiri juga. 

Saya kembali bingung, mungkin beliau tidak mendengar gumaman dari baris belakang, "ngomong apasi" "iyain ajadah" serta berbagai gumaman senada yang menyatakan tidak mengerti (dan tidak peduli?)

---

"Iya, Kiy, yang buku referensi kedua itu, pengarangnya katanya dosennya bapaknya, dosen PA-nya"

Si bapak ini memang terlihat lama tinggal di luar negeri, apalagi ketika mendengar penjelasan beliau, kadang terdengar beliau mencari padanan kata dalam bahasa Indonesia, bahkan untuk kata yang sederhana. Kaget sekali, bayangkan aja, buku referensi kuliah yang sepertinya jauh sekali dari angan saya, ternyata pengarangnya kenal dengan dosen saya. Oktober lalu, saya baru tau ternyata beliau juga pernah di Perancis sebelum ke Amerika. Saya yakin beliau lama di luar negeri, dan di manapun beliau, saya yakin beliau sangat menggemari ilmu yang sedang beliau ajarkan ini.

---

"Siapa yang tadi bawain saya minum?? ..siapa?? Amar? Mana Amar? Amar kamu gaboleh bawain lagi, untuk hari ini, okay, saya terima karena kamu punya alasan. Tapi lain kali, no, gaboleh bawain saya minum lagi. Terima kasih Amar untuk tehnya ini. Tadinya mau saya minus (kurangi) nilai kamu, tapi ngga, gajadi saya minus (kurangi) kok"

Jadi gini, Amar ini membawakan teh hangat untuk Pak Bey karena air yang disediakan untuk dosen tampak tidak meyakinkan (?). Gatau juga sih detail alasan Amar membawakan minum, yang jelas beliau nampak marah sekali karena perilaku Amar. Beliau tidak enak karena merepotkan dan (dalam skala kecil) teh tersebut adalah gratifikasi. Beliau terdengar sangat marah, tapi tetap saja tersenyum. Saya sempat khawatir dengan ujian-ujian dan nilai akhir Amar, tapi ancaman tersebut pasti hanya bercanda.

Lalu

Ujian hari ini, datang seorang bapak (ternyata ketua departemen GFM, tempat profesor tersebut) yang menjelaskan mengenai pengerjaan soal ujian. Setelah selesai menjelaskan, beliau berujar, "Di sini ada yang namanya Amar? Ada? Pak Bey ngasih titipan buat kamu.." lalu membawa sekantong plastik putih berisi entah apa ke arah Amar.


AKU GANGERTI LAGI.


Setelah ujian, bingkisan tersebut dibuka dan isinya...sebuah polo shirt merah bermerk Giordano, serta satu buah amplop berisi surat tulisan tangan. No aku gakuat no no no no ini bikin terharu banget huhuhuhu :')



Kebaca kan? Sebut saya berlebihan, tapi....tapi reaksi pertama saya adalah terharu. Saya kaget sekali ternyata kemarahan bapaknya saat itu hanya permainan peran (ya iya lah). Saya kaget. Ada balasan yang begitu nyata dari kebaikan kecil yang kita lakukan. Saya takjub sekali.

Maafkan cara bercerita dan cerita saya yang sungguh berlebih-lebihan, tapi saya senang sekaliiiii dengan bapak yang satu ini. Yang saya lihat, beliau fokus menjadi kebaikan dan menebar manfaat bagi orang-orang. Terkadang dalam kuliahnya beliau menyelipkan wejangan yang tidak biasa metode penalarannya.

---

Satu tahun ajaran kemudian, kami memiliki adik kelas. Pak Bey masih melekat di ingatan saya, dan saya coba menanyakan kesan matkul Meteorologi ke mereka. Ternyata, hanya 1-2 pertemuan yang diajar Pak Bey, karena beliau baru saja pensiun. 

HEHE

Comments

  1. Woooww ternyata sebaik itu yaa Prof Bey. Kereenn mbaa tulisannyaaa

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts