Sepenggal Berita Sedih

Sebuah tulisan yang mungkin salah bagi sebagian orang, tapi mohon anggap saja ini penghormatanku untuk seseorang.

Saya tidak familiar dengan kisah wafatnya seseorang. Sepertinya, hal ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tontonan drama kesukaan saya, Criminal Minds dan Castle. Keduanya berlatar kepolisian dan kasus-kasus pembunuhan, sehingga saya banyak fokus pada trik dan kelainan mental pelaku, bukan kehilangan yang dialami. Nenek terakhir yang saya punya meninggal saat saya masih SMA, sebelumnya, saya masih terlalu kecil untuk ingat kematian nenek dan kakek saya yang lain. Bude saya yang meninggal ketika saya sudah cukup besar pun tinggal di Jawa Timur, sehingga saya tidak pernah dekat dengan beliau.

Tanggal 10 Desember kemarin, ada pop-up message yang muncul di hp saya. 'Innalillahi wainnailaihi raajiuun...', saya pikir ada anggota keluarga salah seorang teman yang meninggal. Kemudian saya buka notifikasi tesebut, dan saya melihat nama yang familiar.

Saya hanya bisa diam untuk beberapa saat. Sekitar 24 jam sebelumnya, saya masih sempat membalas snapgram-nya, katanya ia sudah di kamar rawat inap. Terlintas keinginan untuk menjenguk, namun saya tidak berani sendiri sedangkan teman saya merasa tidak cukup dekat dengan dia, sehingga niat tesebut saya tunda. Ternyata, saya tidak sempat sama sekali menjenguknya. 

Tadinya, saya hampir tidak akan melayat, karena tidak ada teman. Almarhum merupakan rekan seangkatan saya saat SMA, sedangkan SMPnya berada di dekat SMA saya, dan jumlah alumninya yang masuk SMA kami banyak sekali. Saya tidak pernah sekalipun satu kelas dengan dia, kami tidak pernah ada di ekskul yang sama. Saya bingung bagaimana bisa saya kenal dengan dia, tapi kelas kami memang selalu bersebelahan.

---

Sekarang sudah lebih dari 1 bulan, tapi saya masih merinding membaca draft tulisan ini. Saya tidak tahu kehilangan macam apa yang dirasakan orang-orang terdekatnya. Saya masih ingin memanggang kue dan datang ke wisudanya, menepati janji saya. Saya masih ingin menjenguknya dan percaya dia masih ingat saya. Saya ingin bertemu lagi.

Almarhum adalah sosok yang sangat saya kagumi. Senantiasa prestatif dan memuaskan penasarannya. Ketertarikannya banyak sekali, dia juga suka astronomi meski bukan itu bidang olimpiade yang digelutinya. Berbicara tentang fotografi tetap nyambung meski bukan itu ekskulnya. Almarhum ditolak di SNMPTN dan SBMPTN di fakultas yang dulu sempat juga saya inginkan, meski prestasinya sangat-sangat luar biasa.

Sosok yang terakhir kali bilang, untuk apa mengajaknya bertemu padahal malam sebelumnya kami sudah bertemu? Ternyata saya ada di mimpinya dan malam berikutnya, saya yang memimpikan dia. Ternyata pertemuan kita yang tetap sendiri-sendiri itu memang tidak cukup untuk melepas rindu, ya. Apalagi setelah tidak ada lagi kemungkinan untuk bertemu benar-benar berdua tanpa perantara.

Ah saya tidak bisa menulis dengan baik, pun memberi baris yang menjabarkan kerennya kamu. Tapi semua screenshot ucapan belasungkawa tentangmu (saya pikir ini tidak aneh tapi ternyata aneh juga ya setelah ditulis), membuktikan sungguh kami semua sayang kamu.

---

Sudah, saya tidak mau menahan tangis lagi, Set.

Saya cukupkan, kita bertemu kapan-kapan, di mimpiku, atau di peristirahatanmu,

untuk pahlawan ulat bulu, yang memperkenalkan sandi 'skala fujita imajiner', yang sekarang menjadi itu

Comments

Popular Posts